Google Glass harus diakui sebagai salah satu komoditi terpanas yang ada di era saat ini. Wajar, karena produk yang satu ini telah lama menjadi pembicaraan di dunia teknologi yang saat ini tengah berkembang pesat. Namun di tengah-tengah perkembangan yang terjadi, Google tampaknya masih merasa bahwa kacamata cerdasnya tersebut belumlah sempurna. Alhasil, Google Glass masih belum diizinkan untuk hadir di tengah-tengah konsumen.
Seperti yang dilansir oleh CNET, Selasa (23/04/2013), Executive Chaiman Google Eric Schmidt menyampaikan kepada BBC, bahwa Google Glass masih akan diedarkan di kalangan developer terlebih dahulu. "Ribuan Google Glass akan terlebih dahulu digunakan oleh para pengembang selama satu bulan ke depan. Lalu berdasarkan masukan dari mereka, kami akan membuat beberapa peningkatan kinerja pada produk," ujar Schmidt, seperti yang kami kutip dari CNET. "Kemungkinan besar, Google Glass akan diproduksi massal sekitar tahun depan."
Menyangkut harganya, Larry Page selaku CEO Google belum juga memastikan bahwa Google Glass akan dibanderol dengan harga di kisaran US$1.500, sekitar Rp14,58 juta. "Harga tersebut ditujukan kepada para developer yang ingin mencoba dan mengembangkan aplikasi di dalam Google Glass," ujar Page menjelaskan soal kesimpang-siuran kabar menyangkut harga Google Glass. "Hingga saat ini, kami belum menentukan harga pasti dari perangkat ini. Saya tersebut memang cukup tinggi, namun saya belum memutuskan apakah US$1.500 adalah harga yang cukup mewah."
Google Glass mampu mengambil gambar dan video dengan kamera 5 megapiksel pada resolusi sebesar 720 piksel. Selain itu, produk ini juga telah dilengkapi Flash Memory berkapasitas 16GB yang dapat disinkronisasikan ke fasilitascloud milik Google (kemungkinan besar Google Drive) yang dapat digunakan hingga 12 GB. Google Glass juga memiliki konektivitas dengan Bluetooth dan WiFi yang menggunakan kecepatan standar 802.11 b/g. Terdapat pula sebuah aplikasi MyGlass yang memungkinkan untuk menggunakan GPS dan SMS dengan Glass yang dapat diintegrasikan minimal dengan Android 4.0.3.
Dalam kesempatan tesebut, Schmidt juga membahas mengenai kekhawatiran mengenai norma-norma sosial dan privasi akibat dampak dari pemakaian Google Glass yang disebutnya sebuah kesalahan bila memakai Glass untuk hal yang tidak tepat seperti melakukan rekaman yang tidak benar. Melihat hal tersebut, maka diperlukan tanggung jawab dari Google untuk menjaga informasi pengguna dengan aman, serta tanggung jawab dari pengguna dalam memahami apa yang dilakukannya dengan menggunakan Google Glass.